
Bulan Juli tahun 2004, tokoh-tokoh Muslim di seluruh Eropa berkumpul 
di kota London, Inggris. Mereka menggelar konferensi mendukung jilbab, 
sebagai reaksi atas keputusan pemerintah Prancis yang menyatakan 
melarang jilbab di institusi-institusi pendidikan dan institusi publik.
onferensi dibuka oleh walikota London, Ken Livingstone dan dihadiri 
oleh 300 delegasi, mewakili 102 organisasi-organisasi Inggris dan 
internasional. Hadir pula dalam konferensi itu tokoh cendekiawan Muslim 
Sheikh Yusuf Al-Qaradawi dan Profesor Tariq Ramadan. Dari hasil 
konferensi itu terbentuklah Assembly for the Protection of Hijab (Majelis untuk Perlindungan Jilbab) dan seluruh peserta mendeklarasikan tanggal 4 September sebagai International Hijab Solidarity Day (Hari Solidaritas Jilbab Internasional). Dalam
 konferensi itu, para peserta merancang berbagai rencana aksi untuk 
membela hak kaum perempuan Muslim untuk mempertahankan busana muslim 
mereka.
“Kampanye ini bukan hanya untuk wanita Muslim semata. Aksi ini 
ditujukan bagi siapa saja yang percaya bahwa merupakan hak seorang 
wanita Muslim untuk bisa mengenakan jilbabnya tanpa perlakuan 
diskriminatif dari masyarakat maupun pemerintahnya,” kata Koordinator 
Pro-Hijab, Abeer Pharaon ketika itu.
Sementara itu, Livinstone-walikota London yang dikenal dekat dengan 
komunitas Muslim di Inggris-dalam pernyataannya mengatakan, “Jika kami 
membiarkan serangan terhadap Islam terjadi, saya tahu siapa yang akan 
menjadi sasaran tembak dan korban berikutnya,” tukasnya.
Sejak itulah,  setiap tanggal 4 September 2004 , 
organisasi-organisasi dan umat Islam, terutama muslimah yang tinggal di 
negara-negara non-Muslim menggelar Hari Solidaritas Jilbab Internasional
 (International Hijab Solidarity Day). Meski gaungnya tidak terlalu menggema sampai ke negeri-negeri Muslim lainnya, termasuk Indonesia.
Padahal setelah kasus Marwa Al-Sharbini , ditikam di ruang sidang kota Dresden, Jerman (1Juli 2009) saat akan memberikan kesaksian atas ancaman terhadapnya . Ia mengadukan sorang pemuda Jerman bernama Alex W yang kerap menyebutnya “teroris” hanya karena ia mengenakan jilbab. Dalam suatu kesempatan, pemuda itu bahkan pernah menyerang Marwa dan berusaha melepas jilbab Muslimah asal Mesir itu. Di persidangan itulah, Alex kembali menyerang Marwa, kali ini ia menikam Marwa Al-Sharbini berkali-kali. kini 1 Juli diperingati WORLD HIJAB DAY
Kasus-kasus larangan jilbab masih terjadi di mana-mana. Beberapa 
negara bagian di Jerman sudah memberlakukan larang jilbab bagi para 
siswa sekolah, Mahkamah Agung di negara bagian Michigan AS, baru-baru 
ini mengabulkan permohonan pengadilan-pengadilan dibawahnya yang 
melarang muslimah berjilbab masuk ke ruang sidang, belum lama ini, 
seorang muslimah Selandia baru menggugat seorang hakim di Negeri Kiwi 
itu yang melarangnya masuk ke ruang sidang hanya karena ia berjilbab, 
bahkan di negara Turki yang pernah menjadi pusat kekhalifahan Islam, 
jilbab juga dilarang di institusi-institusi pendidikan terutama di 
universitas.
Tak ada alasan yang masuk akal atas semua larangan jilbab, kecuali 
karena fobia terhadap Islam dan arogansi budaya. Tapi dalam Islam, 
jilbab bukan semata-mata simbol agama tapi perintah yang diturunkan 
Allah Swt terhadap para muslimah untuk memuliakan kaum perempuan. 
(ln/berbagai sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar