Hem… apakah pernah terbesit dibenakmu pertanyaanseperti itu? Ataupun kalau ada pertanyaan siapa yang bilang kalau kamu itumuslim? Maka jawaban apa yang akan kamu berikan? (pura – pura merenung…krik krik krik…)
Status keislaman kita agaknya perlu dipertanyakanlebih mendalam. Tentunya dalam hati sanubari kita masing – masing. Apakahstatus muslim yang kita miliki itu hanya lantaran bapak kita seorang muslimmaka kita juga muslim, ibu kita seorang muslim maka kita juga muslim atau lebihparah lagi status itu kita dapat lantaran yang tertera dalam KTP yang kitamiliki itu tertera disana bahwa status agama kita adalah islam? Sudahkah kitamenyadari keislaman diri kita sendiri ?
Seperti diceritakan dalam sebuah novel yang ditulis olehDamien Dematra bertajuk “Ternyata Aku Sudah Islam” yang mengisahkan tentangperjalanan hidup seorang anak Amerika yang dibesarkan dalam keluarga Kristenyang taat, bernama Andrew Parker. Sejak kecil Andrew terobsesi dengan sorban,entah kenapa dia sendiri tidak tahu jawabannya. Dia tertarik dengan syekh –syekh yang terbiasa menggunakan sorban. Dia memiliki sifat yang tak bisaditebak dan selalu mengikuti kata hatinya sehingga membuat ia senangberpetualang ke berbagai Negara, terutama Negara – Negara Timur Tengah. Dia punmelanjutkan kuliahnya setelah berakhir tugas dinas militernya dan mengambilbahasa arab karena memang sudah sejak lama tertarik dengan bahasa Timur tengah.Atas saran seorang teman muslimnya, Andrew pun mempelajari Al Qur’an. Hinggasuatu hari seseorang bertanya kepadanya apakah agamanya, di luar kesadaran mulutnyamenjawab bahwa ia beragama islam. Tanpa ia sadari, dia sudah Islam sejak lama. Ternyatajiwa keislaman sudah terpatri di jiwanya, tetapi dia tidak menyadarinya sampaiakhirnya kegelisahan akan sebuah “keyakinan” yang dia rasakan terjawab melaluiAl Qur’an yang dia pelajari. Yang kemudian dia secara sadar menyatakan dirinyamasuk islam dengan bersyahadat.
Bercermin dari kisah Andrew, kita jadi bertanya apakahkita sudah menyadari keislaman kita? Kita sudah menyadari kebutuhan kita akanislam itu sendiri? Meyakini secara sadar bahwa Allah-lah yang patut kitasembah, kepada-Nya kita bergantung tidak kepada selain-Nya. Kepada-Nya kitaberharap tidak kepada selain-Nya. KepadaNya kita memohon perlindungan tidakkepada selain-Nya. Allah-lah yang memberi kebaikan dan menunaikan semuakeperluan.
Kita juga menyakini secara sadar bahwa RosulullohMuhammad adalah utusan Allah. Yang memberikan teladan kebaikan kepada kita.Utusan Allah yang menyampaikan risalah kebaikan untuk kita yaitu berupa ayat –ayat cinta-Nya dan sunah – sunah yang beliau contohkan. Kekasih-Nya yangdiakhir hayatnya masih saja memikirkan umatnya.
Keyakinan ituterlafalkan dalam kalimat indah bernama syahadatain. Asyhadu an Laa ilahaillallah wa asyhadu anna muhammadarrosululloh. Syahadatain yang didasari denganilmu, keyakinan tanpa tawar, keikhlasan, kejujuran, didasari oleh rasa cintayang menghilangkan kebencian dalam hati, rasa penerimaan dan syahadatain yangdidasari rasa kepatuhan terhadap konsekuensi dari syahadat itu sendiri. Allah berfirman (QS. 98 : 5):
وَمَا أُمِرُوا إِلاَّ لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُالدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلاَةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُالْقَيِّمَةِ
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allahdengan memurnikan keta`atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus,dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikianitulah agama yang lurus.”
Akhirnya hanya ada satu pilihan bagi kita yaitukesadaran tanpa tawar bahwa kita seorang muslim.
By:Yasmin Zahera dikembangkan dari berbagai sumber
Status keislaman kita agaknya perlu dipertanyakanlebih mendalam. Tentunya dalam hati sanubari kita masing – masing. Apakahstatus muslim yang kita miliki itu hanya lantaran bapak kita seorang muslimmaka kita juga muslim, ibu kita seorang muslim maka kita juga muslim atau lebihparah lagi status itu kita dapat lantaran yang tertera dalam KTP yang kitamiliki itu tertera disana bahwa status agama kita adalah islam? Sudahkah kitamenyadari keislaman diri kita sendiri ?
Seperti diceritakan dalam sebuah novel yang ditulis olehDamien Dematra bertajuk “Ternyata Aku Sudah Islam” yang mengisahkan tentangperjalanan hidup seorang anak Amerika yang dibesarkan dalam keluarga Kristenyang taat, bernama Andrew Parker. Sejak kecil Andrew terobsesi dengan sorban,entah kenapa dia sendiri tidak tahu jawabannya. Dia tertarik dengan syekh –syekh yang terbiasa menggunakan sorban. Dia memiliki sifat yang tak bisaditebak dan selalu mengikuti kata hatinya sehingga membuat ia senangberpetualang ke berbagai Negara, terutama Negara – Negara Timur Tengah. Dia punmelanjutkan kuliahnya setelah berakhir tugas dinas militernya dan mengambilbahasa arab karena memang sudah sejak lama tertarik dengan bahasa Timur tengah.Atas saran seorang teman muslimnya, Andrew pun mempelajari Al Qur’an. Hinggasuatu hari seseorang bertanya kepadanya apakah agamanya, di luar kesadaran mulutnyamenjawab bahwa ia beragama islam. Tanpa ia sadari, dia sudah Islam sejak lama. Ternyatajiwa keislaman sudah terpatri di jiwanya, tetapi dia tidak menyadarinya sampaiakhirnya kegelisahan akan sebuah “keyakinan” yang dia rasakan terjawab melaluiAl Qur’an yang dia pelajari. Yang kemudian dia secara sadar menyatakan dirinyamasuk islam dengan bersyahadat.
Bercermin dari kisah Andrew, kita jadi bertanya apakahkita sudah menyadari keislaman kita? Kita sudah menyadari kebutuhan kita akanislam itu sendiri? Meyakini secara sadar bahwa Allah-lah yang patut kitasembah, kepada-Nya kita bergantung tidak kepada selain-Nya. Kepada-Nya kitaberharap tidak kepada selain-Nya. KepadaNya kita memohon perlindungan tidakkepada selain-Nya. Allah-lah yang memberi kebaikan dan menunaikan semuakeperluan.
Kita juga menyakini secara sadar bahwa RosulullohMuhammad adalah utusan Allah. Yang memberikan teladan kebaikan kepada kita.Utusan Allah yang menyampaikan risalah kebaikan untuk kita yaitu berupa ayat –ayat cinta-Nya dan sunah – sunah yang beliau contohkan. Kekasih-Nya yangdiakhir hayatnya masih saja memikirkan umatnya.
Keyakinan ituterlafalkan dalam kalimat indah bernama syahadatain. Asyhadu an Laa ilahaillallah wa asyhadu anna muhammadarrosululloh. Syahadatain yang didasari denganilmu, keyakinan tanpa tawar, keikhlasan, kejujuran, didasari oleh rasa cintayang menghilangkan kebencian dalam hati, rasa penerimaan dan syahadatain yangdidasari rasa kepatuhan terhadap konsekuensi dari syahadat itu sendiri. Allah berfirman (QS. 98 : 5):
وَمَا أُمِرُوا إِلاَّ لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُالدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلاَةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُالْقَيِّمَةِ
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allahdengan memurnikan keta`atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus,dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikianitulah agama yang lurus.”
Akhirnya hanya ada satu pilihan bagi kita yaitukesadaran tanpa tawar bahwa kita seorang muslim.
By:Yasmin Zahera dikembangkan dari berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar